26 Mei 2013

MATIAS KUPIAINEN

LEBIH FRESH

   Mencari pengganti posisi gitaris senior pasti tidaklah mudah, apalagi gitaris tersebut memiliki andil besar dalam perkembangan sebuah band hingga band tersebut menjadi terkenal dan berkarakter. Hal inilah mungkin yang dialami Stratovarius sewaktu gitaris utama mereka hengkang. Tapi untungnya Stratovarius menemukan orang yang sangat tepat hingga band power metal itu tetap eksis.
   Dia adalah Matias Kupiainen, musisi asal Finlandia. Dari segi skill, gitaris yang satu ini sudah terbukti kemampuannya. Jari-jemarinya begitu lihai bergerak diatas fret gitar hingga dapat melahap lagu-lagu Stratovarius dengan baik. Seiring berjalannya waktu, Matias kupiainen masih mampu beradaptasi sampai tiga album terakhir yang cukup bagus berjalan dengan mulus ke telinga penggemar.
   Kehadiran Matias Kupiainen di album "Polaris," "Elysium" dan "Nemesis" memberi warna tersendiri bagi band legendaris tersebut. Diusianya yang masih muda, tentunya ia membawa potensi dan semangat ekstra dibanding para seniornya. Di tangan Matias Kupiainen, lagu-lagu Stratovarius terdengar menjadi lebih fresh dengan variasi ritem yang penuh warna, seperti pada lagu yang berjudul "Under flaming skies." Penampilan dan interaksi diatas panggung pun menjadikan band Stratovarius menjadi lebih hidup. Dalam hal style permainan gitar mungkin bisa dikatakan perpaduan antara John Petrucci dan Michael Romeo. Itu dikarenakan alternate picking-nya sangat cepat dan halus.
   Jika diperhatikan dari ketiga album terakhir, tentu terlihat jelas bagaimana seorang Matias Kupiainen memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan musik Stratovarius ke depannya. Kini ia sudah banyak terlibat dalam menciptakan lagu-lagu Stratovarius yang baru, sehingga band ini bisa terus dicintai oleh para penggemarnya dalam lintas generasi sampai sekarang.    

21 Mei 2013

TIMO TOLKKI

   Timo Tolkki adalah sosok gitaris dengan pembawaan yang sangat tenang di atas panggung. Walaupun musik yang dibawakan tergolong keras, tapi ia tetap tidak mau menonjolkan diri dengan porsi gitar yang mendominasi permainannya. Dunia power metal sudah ia lalui dengan jam terbang yang cukup dengan asam garam bersama band kebanggaannya terdahulu Stratovarius. Sejak kepergiannya dari Stratovarius, kemudian ia pun sibuk dengan berbagai proyek solo seperti: Revolution Renaissance, Symfonia dan terakhir Avalon.
   Kini Timo Tolkki begitu menikmati dunia musiknya yang baru yaitu simponik metal opera. Pada karyanya yang terbaru bersama Avalon project, ia seperti menemukan pengembangan sisi lain dalam style bermusiknya yang selama ini ia cari. Avalon merupakan proyek yang mengagumkan dimana kita bisa mendengar banyak hal berbeda di dalamnya seperti juga halnya "Hymn to Life" pada solo albumnya yang kedua. Beberapa lagu dibalut dengan sentuhan orkestra, contohnya "Avalanche Anthem." Dalam Avalon, Timo melibatkan musisi-musisi papan atas didunianya. Hampir semua lagu dalam Avalon bisa kita nikmati dengan puas. Mungkin ini dikarenakan harmoni maupun melodinya tidak tergolong berat dan mudah dicerna telinga. Untuk sound gitar, sepertinya Timo Tolkki tidak perlu lagi bermain cadas seperti ketika ia di Stratovarius. Ia mengurangi distorsi pada semua lead guitarnya, mungkin agar seimbang dengan orkestrasinya. Kita juga bisa merasakan adanya perenungan panjang pada aransemen lagu-lagunya yang menunjukkan keseriusan dalam berkarya. Walaupun demikian Timo masih belum bisa meninggalkan karakter Stratovarius pada beat drum di dua lagunya yaitu: "We will find away" dan "The magic of the night."
   Hal lain yang menarik di Avalon adalah kejeniusan Timo Tolkki dalam menemukan vokalis wanita yang sangat menjanjikan di masa mendatang. Dia adalah Elize Ryd. Mungkin siapapun yang mendengarnya terkesima dengan suaranya di Avalon. Selama ini Elize Ryd adalah vokalis Amaranthe yang beraliran death metal modern dengan sentuhan pop didalamnya. Kehadiran Elize Ryd di Avalon sangat besar pengaruhnya bagi keunggulan album tersebut dari segi kualitas.
   Secara keseluruhan album Avalon telah menunjukkan kepada dunia bahwa Timo Tolkki adalah musisi sekaligus composer metal yang tetap berjaya dengan segudang talenta bermusiknya yang masih bisa terus dieksplorasi melalui karya-karya yang mumpuni.     

4 Mei 2013

AKUSTIK ATAU ELEKTRIK

   Sebagai alat musik, fungsi gitar akustik dan gitar elektrik sebenarnya sama saja. Yang membedakan keduanya adalah suara dawai yang dihasilkan. Body keduanya sama-sama terbuat dari unsur kayu. Untuk yang elektrik berbahan kayu padat sedangkan untuk yang akustik berbahan kayu tipis, lebih ringan dan berlubang. Fungsi lubang untuk menyerap getaran dawai pada gitar akustik digantikan oleh keberadaan pickup pada gitar elektrik.
   Gitar elektrik lebih unggul dalam hal ekplorasi suara dawai yang dihasilkan, karena lebih memungkinkan dalam penerapan teknologi manipulasi efek suara seperti overdrive, distorsi, delay dan reverb. Sedangkan gitar akustik lebih mengedepankan unsur keaslian dan kemurnian suara dawai. Karena itu mengapa gitaris sekelas dunia yang begitu menggilai elektrik gitar pun kadang masih menyisahkan waktu untuk sesi penampilan akustik, entah itu bagian dari performance mereka atau hanya sekedar memberi warna lain sebagai selingan saja.